Jumat, 06 Juli 2012

inikah wanita penghuni surga

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
============================

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”

Aku menjawab, “Ya”

Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’

Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’

Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Betapa rindunya hati ini kepada surga-Nya yang begitu indah. Yang luasnya seluas langit dan bumi. Betapa besarnya harapan ini untuk menjadi salah satu penghuni surga-Nya. Dan subhanallah! Ada seorang wanita yang berhasil meraih kedudukan mulia tersebut. Bahkan ia dipersaksikan sebagai salah seorang penghuni surga di kala nafasnya masih dihembuskan. Sedangkan jantungnya masih berdetak. Kakinya pun masih menapak di permukaan bumi.

Sebagaimana perkataan Ibnu Abbas kepada muridnya, Atha bin Abi Rabah, “Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?” Aku menjawab, “Ya” Ibnu Abbas berkata, “Wanita hitam itulah….dst”

Wahai saudariku, tidakkah engkau iri dengan kedudukan mulia yang berhasil diraih wanita itu? Dan tidakkah engkau ingin tahu, apakah gerangan amal yang mengantarkannya menjadi seorang wanita penghuni surga?

Apakah karena ia adalah wanita yang cantik jelita dan berparas elok? Ataukah karena ia wanita yang berkulit putih bak batu pualam?

Tidak. Bahkan Ibnu Abbas menyebutnya sebagai wanita yang berkulit hitam.

Wanita hitam itu, yang mungkin tidak ada harganya dalam pandangan masyarakat. Akan tetapi ia memiliki kedudukan mulia menurut pandangan Allah dan Rasul-nya. Inilah bukti bahwa kecantikan fisik bukanlah tolak ukur kemuliaan seorang wanita. Kecuali kecantikan fisik yang digunakan dalam koridor yang syar’i. Yaitu yang hanya diperlihatkan kepada suaminya dan orang-orang yang halal baginya.

Kecantikan iman yang terpancar dari hatinyalah yang mengantarkan seorang wanita ke kedudukan yang mulia. Dengan ketaqwaannya, keimanannya, keindahan akhlaqnya, amalan-amalan shalihnya, seorang wanita yang buruk rupa di mata manusia pun akan menjelma menjadi secantik bidadari surga.

Bagaimanakah dengan wanita zaman sekarang yang sibuk memakai kosmetik ini-itu demi mendapatkan kulit yang putih tetapi enggan memutihkan hatinya? Mereka begitu khawatir akan segala hal yang bisa merusak kecantikkannya, tetapi tak khawatir bila iman dan hatinya yang bersih ternoda oleh noda-noda hitam kemaksiatan – semoga Allah Memberi mereka petunjuk -.

Kecantikan fisik bukanlah segalanya. Betapa banyak kecantikan fisik yang justru mengantarkan pemiliknya pada kemudahan dalam bermaksiat. Maka saudariku, seperti apapun rupamu, seperti apapun fisikmu, janganlah engkau merasa rendah diri. Syukurilah sebagai nikmat Allah yang sangat berharga. Cantikkanlah imanmu. Cantikkanlah hati dan akhlakmu.

Wahai saudariku, wanita hitam itu menderita penyakit ayan sehingga ia datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meminta beliau agar berdoa kepada Allah untuk kesembuhannya. Seorang muslim boleh berusaha demi kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Asalkan cara yang dilakukannya tidak melanggar syariat. Salah satunya adalah dengan doa. Baik doa yang dipanjatkan sendiri, maupun meminta didoakan orang shalih yang masih hidup. Dan dalam hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki keistimewaan berupa doa-doanya yang dikabulkan oleh Allah.

Wanita itu berkata, “Aku menderita penyakit ayan dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.”

Saudariku, penyakit ayan bukanlah penyakit yang ringan. Terlebih penyakit itu diderita oleh seorang wanita. Betapa besar rasa malu yang sering ditanggung para penderita penyakit ayan karena banyak anggota masyarakat yang masih menganggap penyakit ini sebagai penyakit yang menjijikkan.

Tapi, lihatlah perkataannya. Apakah engkau lihat satu kata saja yang menunjukkan bahwa ia benci terhadap takdir yang menimpanya? Apakah ia mengeluhkan betapa menderitanya ia? Betapa malunya ia karena menderita penyakit ayan? Tidak, bukan itu yang ia keluhkan. Justru ia mengeluhkan auratnya yang tersingkap saat penyakitnya kambuh.

Subhanallah. Ia adalah seorang wanita yang sangat khawatir bila auratnya tersingkap. Ia tahu betul akan kewajiban seorang wanita menutup auratnya dan ia berusaha melaksanakannya meski dalam keadaan sakit. Inilah salah satu ciri wanita shalihah, calon penghuni surga. Yaitu mempunyai sifat malu dan senantiasa berusaha menjaga kehormatannya dengan menutup auratnya. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang di saat sehat pun dengan rela hati membuka auratnya???

Saudariku, dalam hadits di atas terdapat pula dalil atas keutamaan sabar. Dan kesabaran merupakan salah satu sebab seseorang masuk ke dalam surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab, “Aku pilih bersabar.”

Wanita itu lebih memilih bersabar walaupun harus menderita penyakit ayan agar bisa menjadi penghuni surga. Salah satu ciri wanita shalihah yang ditunjukkan oleh wanita itu lagi, bersabar menghadapi cobaan dengan kesabaran yang baik.

Saudariku, terkadang seorang hamba tidak mampu mencapai kedudukan kedudukan mulia di sisi Allah dengan seluruh amalan perbuatannya. Maka, Allah akan terus memberikan cobaan kepada hamba tersebut dengan suatu hal yang tidak disukainya. Kemudian Allah Memberi kesabaran kepadanya untuk menghadapi cobaan tersebut. Sehingga, dengan kesabarannya dalam menghadapi cobaan, sang hamba mencapai kedudukan mulia yang sebelumnya ia tidak dapat mencapainya dengan amalannya.

Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika datang suatu kedudukan mulia dari Allah untuk seorang hamba yang mana ia belum mencapainya dengan amalannya, maka Allah akan memberinya musibah pada tubuhnya atau hartanya atau anaknya, lalu Allah akan menyabarkannya hingga mencapai kedudukan mulia yang datang kepadanya.” (HR. Imam Ahmad. Dan hadits ini terdapat dalam silsilah Al-Haadits Ash-shahihah 2599)

Maka, saat cobaan menimpa, berusahalah untuk bersabar. Kita berharap, dengan kesabaran kita dalam menghadapi cobaan Allah akan Mengampuni dosa-dosa kita dan mengangkat kita ke kedudukan mulia di sisi-Nya.

Lalu wanita itu melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berdoa kepada Allah agar auratnya tidak tersingkap. Wanita itu tetap menderita ayan akan tetapi auratnya tidak tersingkap.

Wahai saudariku, seorang wanita yang ingatannya sedang dalam keadaan tidak sadar, kemudian auratnya tak sengaja terbuka, maka tak ada dosa baginya. Karena hal ini di luar kemampuannya. Akan tetapi, lihatlah wanita tersebut. Bahkan di saat sakitnya, ia ingin auratnya tetap tertutup. Di saat ia sedang tak sadar disebabkan penyakitnya, ia ingin kehormatannya sebagai muslimah tetap terjaga. Bagaimana dengan wanita zaman sekarang yang secara sadar justru membuka auratnya dan sama sekali tak merasa malu bila ada lelaki yang melihatnya? Maka, masihkah tersisa kehormatannya sebagai seorang muslimah?

Saudariku, semoga kita bisa belajar dan mengambil manfaat dari wanita penghuni surga tersebut. Wallahu Ta’ala a’lam.

Barakallahufikum..jabat erat dan salam hangat
Wassalamualaikum

ramadhan "sudahkah kita menyambutnya"..

assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh,

KAWAND...

Sambutlah segala kebaikan di bulan yg insyaALLAH akan kita jumpai lg (Ramadhan), bersungguh-sungguh, berlomba dan bersegeralah mengerjakan kebaikan-kebaikan, demi mengharap apa yang ada di sisi Allah yaitu KERIDHO'ANNYA,, :)
 9 HARI LAGI,,insyaALLAH :)

Rasulullah -shalallahu alaihi wasallam- bersabda:
“Pada awal malam Ramadhan setan-setan dan jin jahat dibelenggu, pintu neraka ditutup tak satu pun terbuka, pintu-pintu surga dibuka tak satu pun tertutup. Menyerulah penyeru: ‘Wahai orang-orang yang menghendaki kebaikan sambutlah”
[HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Hadits sahih]
....................................................
....


Ramadhan memang belum tiba. Namun, kita tinggal menghitung hari menyambut kedatangan bulan suci di tahun 1432 H ini.

Ramadhan adalah bulan agung. Kedatangannya perlu disambut dengan penuh kegembiraan dan penghormatan yang agung pula. Apalagi kedatangan Ramadhan cuma setahun sekali. Keagungan Ramadhan diisyaratkan oleh sejumlah nash al-Quran maupun as-Sunnah, baik secara langsung maupun tak langsung; di antaranya saat Allah SWT menegaskan bahwa pada bulan Ramadhanlah al-Quran Mulia diturunkan (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 185). Karena itu, kaum Muslim menyebut Ramadhan sebagai ‘bulan al-Quran’ (syahr al-Qur’an); selain karena di bulan inilah kaum Muslim lebih banyak lagi membaca al-Quran dibandingkan dengan di bulan-bulan lain.


Selain itu, di bulan Ramadhan pula terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qadar (QS al-Qadar [97]: 1), yang banyak dirindukan oleh kaum Muslim. Karena itu, kaum Muslim pun menyebut Ramadhan sebagai ‘bulan keberkahan’ (syahr[un] mubarak); selain karena di bulan ini pula Allah SWT melimpahkan pahala yang berlipat ganda hingga ratusan kali lipat untuk setiap amal salih dibandingkan dengan di bulan-bulan lain. Rasulullah saw. pun bersabda:


قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانَ شَهْرٌ مَبَارَكٌ اِفْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيْهَ أَبْوَابُ الجَنَّةِ وَ تُغْلَقُ فِيْهِ أَبْوَابُ الجَحِيْمِ وَ تُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِيْنُ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرُ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan keberkahan. Allah telah mewajibkan kalian shaum di dalamnya. Di bulan itu pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Di bulan itu pula terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan (HR an-Nasa’i dan al-Baihaqi).


Karena itu, layaknya kedatangan ‘tamu agung’, seorang Muslim yang cerdas tentu akan melakukan persiapan yang optimal-dengan mempersiapkan bekal iman, ilmu maupun amal shalih-dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan ini. Tentu amat mengherankan jika kedatangan sesuatu yang agung hanya disambut dengan persiapan yang alakadarnya, dengan sambutan yang juga biasa-biasa saja, tanpa ekspresi kegembiraan sama sekali.



Dengan persiapan iman, ilmu dan amal shalih, saat Ramadhan tiba setiap Muslim tentu akan siap untuk mengisi hari-hari Ramadhan dengan ragam amal shalih: shaum, qiyamul lail, tadarus al-Quran, bersedekah, mendatangi kajian-kajian keilmuan, meningkatkan aktivitas dakwah dan melakukan banyak amal shalih lainnya. Semua itu dilakukan tentu dalam rangka semakin mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Hakikat Taqarrub illa Allah

Di dalam sebuah hadis qudsi, Baginda Rasulullah saw. pernah bersabda, bahwa Allah SWT telah berfirman:


وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَ لاَ يَزاَلُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Tidaklah hamba-Ku ber-taqarrub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih aku sukai daripada menunaikan kewajiban yang telah Aku perintahkan kepadanya. Hamba-Ku selalu ber-taqarrub kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya (HR al-Bukhari).


Berdasarkan hadis qudsi ini, hal yang paling utama yang bisa mendatangkan cinta Allah SWT bagi seorang Muslim adalah melakukan semua kewajiban, termasuk di dalamnya meninggalkan semua keharaman; kemudian dibarengi dengan bersungguh-sungguh mengerjakan banyak amalan sunnah serta meninggalkan hal-hal yang makruh dan subhat (Ibn Rajab al-Hanbali, I/25).

Menurut Abdur Ra’uf al-Minawi, yang dimaksud kewajiban dalam hadis di atas mencakup fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah (Abdur Ra’uf al-Minawi, I/515).



Di antara kewajiban terpenting sekaligus terbesar atas kaum Muslim adalah menegakkan hukum-hukum Allah SWT (syariah Islam) dalam seluruh aspek kehidupan; baik dalam tataran individual, sosial maupun negara. Alasannya jelas, sebagaimana menurut al-Minawi di atas, kewajiban dalam Islam ada dua. Pertama: fardhu ‘ain (kewajiban individual) seperti shalat, shaum, haji, menuntut ilmu, melakukan amar makruf nahi mungkar, dll. Kedua: fardhu kifayah (kewajiban kolektif), seperti membentuk jamaah yang beraktivitas mendakwahkan Islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar serta mendirikan Khilafah (membaiat seorang khalifah) yang akan menegakkan syariah Islam secara formal dalam negara serta untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia dengan dakwah dan jihad.



Namun sayang, bukan hanya di bulan Ramadhan, di bulan-bulan lain pun, kebanyakan kaum Muslim hanya ber-taqarrub dengan menunaikan kewajiban-kewajiban individualnya saja plus beberapa perkara sunnah. Adapun fardhu kifayahnya mereka tinggalkan. Buktinya, saat ini jauh lebih banyak kaum Muslim yang tak peduli terhadap tidak diterapkannya syariah Islam dalam sebagian besar aspek kehidupan mereka dibandingkan dengan mereka yang peduli dan mau berjuang untuk menegakkannya. Padahal, hanya dengan melaksanakan semua kewajiban (baik fardhu ‘ain maupun fardu kifayah)-tentu dengan meninggalkan semua keharaman-itulah setiap Muslim benar-benar bisa dikatakan sebagai orang bertakwa, sebagai ‘buah’ dari puasa yang dia lakukan selama bulan Ramadhan.


Hakikat Takwa

Ibadah puasa di bulan Ramadhan ini, sebagai salah satu bentuk aktivitas taqarrub kepada Allah SWT, pada akhirnya memang diharapkan dapat mewujudkan ketakwaaan pada diri setiap Muslim:


يٰأَيُّهَا الَّذينَ ءامَنوا كُتِبَ عَلَيكُمُ الصِّيامُ كَما كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِن قَبلِكُم لَعَلَّكُم تَتَّقونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (QS al-Baqarah [2]: 183).



Menurut al-Jazairi, frasa “agar kalian bertakwa” bermakna: agar dengan shaum itu Allah SWT mempersiapkan kalian untuk bisa menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya (Al-Jazairi, I/80).


Saatnya Mengubur Sekularisme

Jika ‘buah’ dari puasa adalah takwa, tentu idealnya kaum Muslim menjadi orang-orang yang taat kepada Allah SWT tidak hanya di bulan Ramadhan saja; juga tidak hanya dalam tataran ritual dan individual semata. Ketakwaan kaum Muslim sejatinya terlihat juga di luar bulan Ramadhan sepanjang tahun, juga dalam seluruh tataran kehidupan mereka.

Sayang, faktanya yang terjadi malah sebaliknya. Pertama: Setelah Ramadhan, kaum Muslim-yang sebelumnya berusaha ber-taqarrub kepada Allah SWT untuk meraih takwa dengan puasa dan seluruh amal shalih yang mereka lakukan-justru kembali jauh dari Allah SWT dan kembali melakukan ragam kemaksiatan kepada-Nya. Banyak wanita Muslimah yang kembali memamerkan auratnya, padahal saat Ramadhan mereka menutupnya rapat-rapat. Banyak masjid kembali sepi, padahal saat Ramadhan ramai dikunjungi. Acara-acara di televisi kembali menampilkan acara-acara berbau pornografi/pornoaksi, padahal selama Ramadhan mereka menyiarkan acara-acara religi. Banyak tempat-tempat maksiat dibuka kembali, padahal selama Ramadhan ditutup. Penguasa dan banyak pejabat kembali melakukan korupsi dan mengkhianati rakyat, padahal selama Ramadhan mungkin mereka berusaha berhenti dari perbuatan-perbuatan tercela tersebut. Bagi orang-orang semacam ini, tentu puasa tak ada artinya. Inilah yang diisyarakat Baginda Nabi saw.:



كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

Betapa banyak orang berpuasa tidak mendapatkan apapun selain rasa laparnya saja (HR Ahmad).


Kedua: Setelah Ramadhan, sekularisme (pengabaian agama [syariah Islam] dari kehidupan) tetap mendominasi kehidupan kaum Muslim. Setelah Ramadhan, tak ada dorongan dari kebanyakan kaum Muslim, khususnya para penguasanya, untuk bersegera menegakkan hukum-hukum Allah SWT secara formal dalam segala aspek kehidupan melalui institusi negara. Bahkan di antara mereka ada yang tetap dalam keyakinannya, bahwa hukum-hukum Islam tidak perlu dilembagakan dalam negara, yang penting subtansinya. Anehnya, pemahaman seperti ini juga menjadi keyakinan sebagian tokoh-tokoh agama Islam. Keyakinan semacam ini hanya menunjukkan satu hal: mereka seolah ridha dengan hukum-hukum sekular yang ada (yang nyata-nyata kufur) dan seperti keberatan jika hukum-hukum Islam diterapkan secara total oleh negara dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Padahal Abu Abdillah Jabir bin Abdillah al-Anshari ra. telah menuturkan riwayat sebagai berikut:


أنَّ رجلاً سَأَلَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: “أَرَأَيْتَ إِذَا صَلَّيْتُ الْمَكْتُوْبَاتِ، وَصُمْتُ رَمَضَانَ، وَأَحْلَلْتُ الْحَلاَلَ، وَحَرَّمْتُ الْحَرَامَ، ولَم أَزِدْ عَلَى ذَلِكَ شيئاً، أَدْخَلُ الجَنَّةَ؟ قَالَ: نَعَمْ”

Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Bagaimana pendapat engkau jika saya telah menunaikan shalat-shalat wajib, melakukan shaum Ramadhan, menghalalkan yang halal dan meninggalkan yang haram, sementara saya tidak menambah selain itu; apakah saya masuk surga?” Rasul saw. menjawab, “Benar.” (HR Muslim).



Berdasarkan hadis ini, meninggalkan keharaman adalah syarat untuk bisa masuk surga. Di antara keharaman yang wajib ditinggalkan tentu saja adalah berhukum dengan hukum-hukum kufur. Apalagi Allah SWT tegas menyatakan bahwa siapapun yang berhukum dengan selain hukum Allah SWT bisa bertatus kafir, zalim atau fasik (Lihat: QS al-Maidah [5]: 44, 45, 47).

Karena itu, agar kita tidak termasuk golongan orang-orang kafir, zalim atau fasik maka tentu kita harus segera menegakkan semua hukum-hukum Allah SWT melalui institusi negara. Sebab, hanya melalui institusi negaralah hukum-hukum Islam dalam seluruh aspek kehidupan manusia-dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan, pendidikan, peradilan, keamanan, dll-dapat benar-benar ditegakkan.

Karena itu pula, hendaknya seluruh kaum Muslim, khususnya di negeri ini, menjadikan Ramadhan kali ini sebagai momentum untuk segera mengubur sekularisme, kemudian menggantinya dengan menerapkan syariah Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan melalui institusi negara, yakni Khilafah ar-Rasyidah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah. Itulah wujud ketakwaan sejati. Itulah pula yang menunjukkan bahwa kita benar-benar sukses menjalani puasa sepanjang bulan Ramadhan. Wallahu a’lam bi ash-shawab. []


Saudaraku Muslim, sambutlah penyeru yang menyeru setiap malam itu, bersungguh-sungguhlah dalam mempersiapkan akhiratmu dengan amal-amal saleh, sesungguhnya umur itu singkat, perjalanan meninggalkan dunia sudah dekat, hanya Allah yang tahu akankah kita dapat bertemu Ramadhan tahun depan ataukah tidak. Singsingkan lengan baju untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca al-Quran, tasbih, tahlil, takbir, doa, sedekah, amar makruf nahi mungkar, mengajari manusia kebaikan, memperbaiki hati, lisan dan anggota tubuh, berupaya menuntut ilmu, berdakwah, berupaya menyebarkan sunah Nabi (SAW) belajar Al-Quran dan mengajarkannya serta apa saja yang bermanfaat bagi manusia.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain.”
[HR. At-Thabarani dalam al-Aushat. Hadits sahih]
....................................................
.....
Saudaraku Muslim, di bulan Ramadhan mulia ini tengoklah dirimu, hitunglah dirimu sebelum datang kematian, bersiaplah menghadapi perhitungan yang besar.

Umar -radiallahu'anhu- berkata:
“Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung. Timbang-timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang. Sungguh akan lebih mudah bagimu menghitungnya dari sekarang untuk perhitungan nanti, dan bersiaplah untuk perhitungan yang besar. Pada hari itu segalanya akan diperlihatkan sehingga tak ada sesuatu pun yang tersembunyi.”


[Diriwayatkan oleh at-Turmudzi]
....................................................
...
Saudaraku muslim, di bulan Ramadhan mulia ini, yang merupakan bulan pergulatan kebaikan, bertaubatlah kepada ALLAH dengan taubat yang tulus. ALLAH -ta'âla- berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada ALLAH dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai...”
(QS. At-Tahrim:8)

Hendaknya taubatmu murni karena ALLAH -ta'âla- dari segala dosa-dosa. Menghadap ALLAH dengan rasa takut, mengharap kepada-Nya, cinta kepada-NYA, mengerjakan perintah-NYA dan meninggalkan larangan-NYA.

Nabi (SAW) bersabda:
“Orang yang bertaubat seperti orang yang tidak punya dosa.”
[HR. Ibnu Majah. Hadits hasan]

Bahkan ALLAH -azzawajalla- mengganti keburukan-keburukan orang yang bertaubat dengan kebaikan, sebagaimana firman ALLAH -ta'âla-:

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; mereka itu Allah ganti kejahatannya dengan kebajikan. Dan adalah ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[QS. Al-Furqan: 70]

Terima kasih telah membaca......

ketika jodoh tak kunjung tiba

Sebagai orang beriman, salah satu hal yang harus kita yakini bahwa hanya Allah swt yang menentukan jodoh kita. Bahwa kita dilahirkan bersamaan dengan ketetapan jodoh yang terbaik menurut Allah swt. Di dalam doa-doa kita, khususnya bagi yang belum menikah, selalu terungkap doa agar Allah swt menyegerakan jodoh di dunia yang fana ini. Lalu bagaimana jika jodoh tak kunjung tiba? Padahal hampir setiap saat, kita selalu memintanya kepada Allah swt, Sang Maha Kaya dan Pencipta segala sesuatu. Tapi mengapa jodoh tetap tak kunjung datang?
Kalau sudah begini, jangan pernah sekalipun terlintas dalam pikiran kita, untuk berprasangka buruk kepada Allah swt. Na’udzubillah min dzaalik. Justru, kita harus instropeksi pada diri sendiri. Sudahkah kita melakukan ikhtiar untuk menjemput jodoh yang sesuai dengan cara-cara Rasulullah shollahu'alaihi wassalam? Berikut beberapa nasehat tentang jodoh yang tak kunjung tiba dari Ust. Ihsan Hakim

1. Niat yang Baik
Niat yang baik maksudnya jika hendak melakukan sesuatu, tidak cukup hanya sekedar niat. Tetapi harus diikuti dengan langkah-langkah atau perbuatan yang akan mewujudkan niat tersebut. Jadi, kalau memang kita ingin menjemput jodoh, maka lakukanlah perbuatan-perbuatan yang berkaitan dengan hal itu. Salah satunya, mencari ilmu tentang jodoh atau misalnya menabung untuk biaya pernikahan.

2. Mengubah Pemahaman
Selama ini ikhwan memiliki hasrat untuk menjemput jodoh. Bagaimana kalau jodoh yang mencari ikhwan? Begitu juga dengan akhwat, yang memiliki kecenderungan menunggu jodoh. Ternyata tidak ada salahnya kalau akhwat berinisiatif menjemput jodoh. Ikhwan yang ingin jodoh menjemput dirinya, maka harus melakukan perbaikan diri, seperti meningkatkan keilmuan dan keshalihan. Begitu juga dengan akhwat yang ingin menjemput jodoh. Salah satunya adalah menabung. Karena jaman sekarang tidak hanya ikhwan yang wajib menanggung beban biaya pernikahan. Tapi akhwat juga punya tanggung jawab. Kita tahu bagaimana, Siti Khadijah yang tertarik lebih dulu kepada Muhammad. Waktu itu beliau belum mendapat tugas kerasulan. Tapi karena keluhuran akhlaknya, maka Khadijah pun ingin menjadikan Muhammad sebagai suaminya. Soal biaya, jelas Khadijah mampu karena dia seorang janda yang kaya raya. Kondisi sekarang, ikhwan banyak yang sudah siap secara fisik dan keilmuan, tapi dana belum mencukupi. Karena itu tidak ada salahnya kalau akhwat juga menabung dan turut menanggung biaya pernikahan.

3. Meminta bantuan orangtua, keluarga atau orang lain.
Selama ini orangtua selalu menanyakan kapan kita akan menikah. Sekarang kita balik dengan meminta orangtua untuk mencarikan jodoh buat kita. Bisa juga meminta bantuan saudara, atau teman. Tentunya mereka yang dimintai bantuan sudah paham dengan kriteria jodoh yang kita inginkan. Atau, kita membantu orang lain untuk menjemput jodoh. Karena ada hadits yang menyatakan, muslim yang baik adalah yang bermanfaat bagi muslim lainnya. Insya Allah dengan banyak membantu orang lain untuk menjemput jodohnya, maka Allah swt akan menyegerakan bertemu dengan jodoh kita.

4. Berdoa
Kalau selama ini kita sering berdoa untuk kebaikan diri sendiri, maka cobalah untuk mendoakan orang lain. Doakan orang lain agar dimudahkan untuk menjemput jodohnya. Karena jika seseorang mendoakan orang lain, yang orang tersebut tidak mengetahui kalau dirinya didoakan, maka para malaikat akan mendoakan hal yang sama untuk orang yang mendoakan.

5. Tawakal
Serahkan segalanya kepada Allah swt. Tawakal itu harus berkhusnuzhon kepada Allah swt. Ada dua kehendak Allah yang harus kita yakini. Kehendak qauniyah dan syar’i. Pada dasarnya, Allah swt menghendaki kita menikah. Karena menikah merupakan perbuatan baik. Tidak mungkin Allah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang tidak baik. Tapi kehendak qauniyah kita sendiri membuat kita malas, tidak membuka diri, ada yang datang tapi kita menolak. Inilah kehendak qauniyah kita.
Ketika kita sudah sangat berhati-hati menaiki atap rumah namun akhirnya terjatuh juga, maka ini adalah kehendak syar’i Allah swt. Tapi ketika kita tidak berhati-hati lalu terjatuh, ini adalah kehendak qauniyah.
Kaitannya dengan menikah, kita sudah meniatkan untuk itu dan merasa sudah tawakal kepada Allah swt. Tapi ternyata, kita lebih sering tidak khusnuzhon kepada Allah swt. Padahal Allah swt selalu menginginkan segala kebaikan kepada kita. Hanya kita tidak menyikapi kebaikan Allah swt itu dengan baik.

6. Amalan
Puasa sunnah. Tapi jangan niat puasa sunnah untuk menjemput jodoh. Tetap niatkan untuk beribadah kepada Alah.
Sholat tahajjud dan banyak berdoa kepada Allah swt. Dibolehkan menyebutkan amalan-amalan yang sudah dilakukan dalam doa kita. Misal, Ya Allah semoga amal puasa yang sudah hamba lakukan, dapat menyegerakan jodoh yang terbaik menurut Engkau. Banyak Istighfar. Banyak berinfaq. Dan jangan pernah berputus asa. “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila Dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa". (Qs. al-Israa:83)
Karena berputus asa akan membuat kita terputus dari rahmat Allah swt. Putus asa sering dipicu karena kita memiliki sedikit saja prasangka buruk kepada Allah swt. Misalnya, seorang akhwat sudah merasa Allah swt menjadikan dia perawan tua, karena hingga usia yang sudah cukup matang, jodoh masih tak kunjung tiba. Maka Allah pun menjadikannya seperti itu. Namun jika dia optimis, Allah swt pasti akan menolongnya.

Jadi intinya bagaimana kita menyikapi jodoh yang tak kunjung tiba adalah jangan pernah sedikit pun kita berprasangka buruk kepada Allah swt. Dalam hadits qudsi Allah swt berfirman, “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku”

(Ustadz Ihsan Hakim)

* * *

Setelah membaca artikel di atas jadi ingat dengan salah satu senandung dari Maidany yang berjudulMenunggu di Sayup Rindu.
berikut liriknya.^_^

Menunggu Di Sayup Rindu

ooo... burungpun bernyanyi
melepas sgala rindu
yang terendam malu
di balik qolbu

ooo...anginpun menari
mencari arti
apakah ini fitrah
ataukah hiasan nafsu

didalam sepi ia selalu hadir
didalam sendiri ia selalu menyindir
kadang meronta bersama air mata
seolah tak kuasa menahan duka

biarlah semua mengalir
berikanlah kepada ikhtiar dan sabar
untuk mengejar...

sabarlah menunggu
janji Allah kan pasti
hadir tuk mdatang
menjemput hatimu

sabarlah menanti
usahlah ragu
kekasihkan datang sesuai
dengan iman di hati

bila di dunia ia tiada
moga di syurga ia telah menanti
bila di dunia ia tiada
moga di syurga ia telah menunggu

...

sahabat terima kasih telah membaca
Moga manfaat....

31 kalimat motivasi

31 Kalimat Motivasi Di Pagi Hari Untuk 31 Hari

Ini kalimat-kalimat yang emang bagus banget untuk dibaca, dan digunakan untuk penyemangat diri...

1. Saya Berharga.
Saya berharga di mata saya dan orang lain, saya adalah orang berharga dengan banyak potensi dan kemampuan.
Saya mempunyai banyak kekurangan dan memilih menghargai diri saya berikut segala kekurangannya.
2. Saya bisa karena saya berpikir saya bisa.
Saya diprogramkan untuk berhasil, dan saya yakin saya adalah pemenang.
Hampir segala sesuatu dapat saya kerjakan dan percaya diri saya tanpa batas.
3. Saya orang yang penuh daya upaya.
Saya orang yang penuh daya upaya, tidak takut mengambi resiko dan peluang.
Saya penuh semangat, lebih baik mencoba walau gagal daripada tidak melakukan apa-apa.
4. Kata kesukaan saya adalah "mungkin".
Saya percaya pada sesuatu yang mungkin, saya melihat kemungkinan dimana-mana.
Saya melihat hal yang baik di setiap situasi dan setiap orang.
5. Hari ini adalah hidup baru.
Sebagai orang yang berharga di mata Tuhan, diri sendiri dan orang lain,
segala kekhawatiran, keraguan,dan berbagai hal negatif dalam diri saya...
sudah BERLALU.
6. Saya orang yang penuh antusias.
Antusiasme saya menular kepada orang lain.
7. Saya selalu berkata positif.
Kata-kata saya selalu membangkitkan diri saya sendiri, saya memiliki kekuatan, kemampuan dan kualitas unggul.
8. Saya bahagia.
Saya berbahagia dan munyukai kehidupan yang baik.
Meskipun menghadapi tantangan dan badai kehidupan.
9. Saya ulet.
Saya terus maju dan ulet hingga saya berhasil. Apapun yang terjadi.
10. Hari ini pikiran saya positif.
Saya membekali pikiran saya dengan segala yang positif.
Membaca dan mendengar semua yang positif adalah kesukaan saya dan saya pantas untuk ini.
11. Tidak ada orang sempurna.
Saya menerima segala kekurangan saya.
Saya memperbaiki apa yang bisa.
Saya perbaiki dan menerima apa yang ada diluar kontrol saya.
Saya menerima diri saya apa adanya.
12. Saya berkomitmen.
Saya penuh dedikasi, saya menolak untuk biasa-biasa saja dan saya bekomitmen hingga saya berhasil.
13. Saya hidup berdasarkan prinsip berlian.
Dalam diri saya terdapat sifat-sifat berlian.
Saya unik, berharga, disukai orang, membawa terang, kehangatan dan warna bagi orang banyak.
14. Saya berpikir besar.
Imajinasi saya tanpa batas dan saya akan dapat mencapai lebih dari apa yang saya impikan sebelumnya.
15. Saya adalah magnet.
Saya menarik perhatian orang lain dan saya berpengaruh.
Saya belajar dari orang lain dan orang lain belajar dari saya.
16. Saya magnet uang.
Segala sesuatu yang saya inginkan sedang berjalan menuju diri saya dengan sendirinya.
17. Segala kesulitan akan berlalu.
Segala problem mempunyai batas waktu dan tidak permanen.
Saya adalah pemenang atas probem saya.
18. Saya berhasil.
Saya berhasil karena saya sukses dalam perjalanan bukan tujuan.
19. Saya tidak emosional.
Saya membuang emosi negaif seperti kasihan pada diri sendiri, takut, marah, benci, iri hati,dan depresi.
20. Hari ini mungkin hari terakhir saya.
Oleh karena itu saya selalu manjalani hari dengan baik, saya selalu mengutamakan hal penting dan bukan hal yang mendesak.
21. Saya membuat keputusan.
Keputusan saya adalah apa yang saya inginkan dalam hidup saya dan saya bertanggung jawab akan itu.
22. Fokus saya adalah sukses.
Sukses bagi saya adalah suatu sikap bukannya tindakan.
23. Saya murah hati.
Saya telah menerima banyak dalam hidup oleh karena itu saya juga berbagi kepada sesama.
24. Tidak pernah ada problem
Yang ada hanyalah kekurangan ide, saya berorientasi kepada solusi dan penuh ide kreatif dan cemerlang.
25. Saya berinvestasi pada diri sendiri.
Perkembangan diri adalah yang terpenting dalam hidup saya.
26. Saya orang berguna.
Terlepas dari apapun perkataan orang tentang saya, Tuhan menciptakan saya dengan sangat mengagumkan.
Oleh karena itu saya tidak frustasi untuk sekedar mendapat pengakuan dari orang lain.
27. Hadiah kepada diri sendiri.
Atas semua yang telah saya raih, saya harus memberikan reward kepada diri saya sendiri.
28. Pilihan saya ya.
Ya, karena saya orang yang optimis, saya memilih sisi terang dan positif.
29. Saya tidak keberatan membayar harga.
Saya berkorban untuk meraih mimpi saya, saya bersedia bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
30. Setiap hari saya mendapat berkat.
Saya menghitung berkat saya setiap hari untuk menyadari betapa beruntungnya saya, oleh karena itu saya bersyukur setiap hari karena berkat Tuhan berlimpah kepada saya.
31. Saya tidak mempermasalahkan hal yang sepele.

Hidup, problem dan tantangan saya lihat secara proporsional, karena saya orang yang penuh semangat dan percaya diri.


selamat jalan

sebelum dibaca... siapkan tissu dulu ya........hehehe

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Nurah, saudara perempuanku nampak pucat dan kurus sekali. Tetapi seperti biasa, ia masih membaca Al-Qur'anul Karim. Ketika ingin menemuinya, pergilah ke mushallanya. Di sana engkau akan mendapatinya sedang ruku', sujud dan menengadahkan ke langit. Itulah yang dilakukannya setiap pagi, sore dan di tengah malam hari. Ia tidak pernah jenuh.

Berbeda dengannya, aku selalu asyik membaca majalah-majalah seni, tenggelam dengan buku-buku cerita dan hampir tak pernah beranjak dari video. Bahkan, aku sudah identik dengan benda yang satu ini. Setiap video diputar pasti di situ ada aku. Karena 'kesibukanku' ini, banyak kewajiban yang tak bisa kuselesaikan bahkan, aku suka meninggalkan shalat. Setelah tiga jam berturut-turut menonton video di tengah malam, aku dikagetkan oleh suara adzan yang berkumandang dari masjid dekat rumahku.

Sekonyong-konyong malas menggelayuti semua persendianku, maka aku pun segera menghampiri tempat tidur. Nurah memanggilku dari mushallanya.

Dengan berat sekali, aku menyeret kaki menghampirinya. "Ada apa Nurah?," tanyaku. "Jangan tidur sebelum shalat Shubuh!", ia mengingatkan. "Ah. Shubuh kan masih satu jam lagi. Yang baru saja kan adzan pertama" Begitulah, ia selalu penuh perhatian padaku. Sering memberiku nasihat, sampai akhimya ia terbaring sakit. Ia tergeletak lemah di tempat tidur.

"Hanah!," panggilnya lagi suatu ketika. Aku tak mampu menolaknya. Suara itu begitu jujur dan polos. "Ada apa saudariku?", tanyaku pelan.

"Duduklah!" Aku menurut dan duduk di sisinya. Hening…Sejenak kemudian Nurah melantunkan ayat suci Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu. "Tiap jiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempumnkan pahalamu." (Al Imran: 185) Diam sebentar, lalu ia bertanya:

"Apakah kamu tidak percaya adanya kematian?" "Tentu saja percaya!"

"Apakah kamu tidak percaya bahwa amalmu kelak akan dihisab, baik yang besar maupun yang kecil?" "Percaya. Tetapi bukankah Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang, sementara aku masih muda, umurku masih panjang!" "Ukhti, apakah kamu tidak takut mati yang datangnya tiba-tiba? Lihatlah Hindun, dia lebih muda darimu, tetapi meninggal karena sebuah kecelakaan. Lihat pula si fulanah…Kematian tidak mengenal umur. Umur bukan ukuran bagi kematian seseorang. Aku menjawabnya penuh ketakutan.

Suasana tengah malam yang gelap mencekam, semakin menambah rasa takutku. "Aku takut dengan gelap, bagaimana engkau menakut-nakutiku lagi dengan kematian ? Di mana aku akan tidur nanti ?" Jiwa asliku yang amat penakut betul-betul tampak. Kucoba menenangkan diri aku benusaha tegar dengan mengalihkan pembicaraan pada tema yang menyenangkan, rekreasi.

"Oh ya, kukira ukhti setuju pada liburan ini kita pergi rekreasi bersama?", pancingku. "'Tidak, karena barangkali tahun ini aku akan pergi jauh, ke tempat yang jauh… mungkin… umur ada di tangan Allah, Hanah", ia lalu terisak. Suara itu bergetar, aku ikut hanyut dalam kesedihan. Sekejap, langsung terlintas dalam benakku tentang sakitnya yang ganas. Para dokter, secara rahasia telah mengabarkan hal itu kepada ayah.

Menurut analisa medis, para dokter sudah tak sanggup, dan itu berarti dekatnya kematian. Tetapi, siapa yang mengabarkan ini semua padanya?, atau ia memang merasa sudah datang waktunya?, "Mengapa ternenung? Apa yang engkau lamunkan?", Nurah membuyarkan lamunanku. "Apa kau mengira, hal ini kukatakan karena aku sedang sakit? Tidak. Bahkan boleh jadi umurku lebih panjang dari umur orang-orang sehat. Dan kamu, sampai kapan akan terus hidup? Mungkin 20 tahun lagi, 40 tahun atau…Lalu apa setelah itu? Kita tidak berbeda. Kita semua pasti akan pergi, entah ke Surga atau ke Neraka. Apakah engkau belum mendengar ayat: "Barangsiapa dijauhkan dari Neraka dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh ia telah beruntung" ( Ali Imran: 185). "Sampai besok pagi," ia menutup nasihatnya.

Aku bergegas meninggalkannya menuju kamar. Nasihatnya masih tergiang-ngiang di gendang telingaku, "Semoga Allah memberimu petunjuk, jangan lupa shalat!" Pagi hari…Jam dinding menunjukkan angka delapan pagi.Terdengar pintu kamarku diketuk dari luar. "Pada jam ini biasanya aku belum mau bangun" pikirku. Tetapi di luar terdengar suara gaduh, orang banyak terisak. "Ya Rabbi, apa yang tejadi?" "Mungkin Nurah…?, "firasatku berbicara. Dan benar, Nurah pingsan, ayah segera melarikannya ke rumah sakit.

Tidak ada rekreasi tahun ini. Kami semua harus menunggui Nurah yang sedang sakit. Lama sekali menunggu kabar dari rumah sakit dengan harap-harap cemas. Tepat pukul satu siang, telepon di rumah kami berdering. Ibu segera mengangkatnya. Suara ayah di seberang, ia menelpon dari rumah sakit. "Kalian bisa pergi ke rumah sakit sekarang!," demikian pesan ayah singkat. Kata ibu, tampak sekali ayah begitu panik, nada suaranya berbeda dari biasanya. "Mana sopir…?" kami semua terburu-buru: Kami menyuruh sopir menjalankan mobil dengan cepat. Tapi ah, jalan yang biasanya terasa dekat bila aku menikmatinya dalam pejalanan liburan, kini terasa amat panj ang, panjang dan lama sekali. Jalanan macet yang biasanya kunanti-nantikan sehingga aku bisa menengok ke kanan-kiri, cuci mata, kini terasa menyebalkan. Di sampingku, ibu berdo'a untuk keselamatan Nurah. "Dia anak shalihah. Ia tidak pernah menyia-nyia kan waktunya. Ia begitu rajin beribadah", ibu bergumam sendirian.

Kami turun di depan pintu rumah sakit. Kami segera masuk ruangan. Para pasien pada tergeletak lunglai. Di sana sini terdengar lirih suara rintihan. Ada yang baru saja masuk karena kecelakaan mobil, ada yang matanya buta, ada yang mengerang keras. Pemandangan yang membuat bulu kudukku merinding. Kami naik tangga eskalator menuju lantai atas. Nurah berada di ruang perawatan intensif. Di depan pintu terpampang papan peringatan: "Tidak boleh masuk lebih dari satu orang!" Kami terperangah. Tak lama kemudian, seorang perawat datang menemui, kami. Perawat memberitahu kalau kini kondisi Nurah mulai membaik, setelah beberapa saat sebelumnya tak sadarkan diri.

Di tengah kerumunan para dokter yang merawat, dari sebuah lubang keciljendela yang ada di pintu, aku melihat kedua bola mata Nurah sedang memandangiku. Ibu yang berdiri di sampingnya tak kuat menahan air matanya. Waktu besuknya habis, ibu segera keluar dari ruang perawatan intensif. Kini tiba giliranku masuk. Dokter memperingatkan agar aku tidak banyak mengajaknya bicara. Aku diberi waktu dua menit. "Assalamu 'alaikum!, bagaimana keadaanmu Nurah?, tadi malam, engkau baik-baik saja. Apa yang terjadi denganmu?", aku menghujaninya dengan pertanyaan. "Alhamdulillah, aku sekarang baik-baik saja, jawabnya dengan berusaha tersenyum.

"Tapi, mengapa tanganmu dingin sekali, kenapa?" aku menyelidik.Aku duduk di pinggir dipan. Lalu kucoba meraba betisnya, tapi ia segera menjauhkannya dari jangkauanku. "Ma'af, kalau aku mengganggumu!", aku tertunduk. "Tidak apa-apa. Aku hanya ingat firman Allah Ta'ala: "Dan bertaut betis(kiri) dengan betis(kanan), kepada Tuhanmullah pada hari itu kami dihalau". (Al-Qiyamah: 29-30) Nurah melantunkan ayat suci Alquran. Aku menguattkan diri. Sekuat tenaga aku berusaha untuk tidak menangis dihadapan Nurah, aku membisu." Hanah, berdoalah untukku. Mungkin sebentar lagi aku akan menghadap. Mungkin aku segera mengawali hari pertama kehidupanku diakhirat…Perjalananku amat jauh tapi bekalku sedikit sekali". Pertahananku runtuh. Air mataku tumpah. Aku menangis sejadi-jadinya. Ayah mengkhawatirkan keadaanku. Sebab mereka tak pernah melihatku menangis seperti itu.

Bersamaan dengan tenggelamnya matahari pada hari itu. Nurah meninggal dunia…. Suasana begitu sepat berubah. Seperti baru beberapa menit aku bebincang-bincang dengannya. Kini ia telah meninggalkan kami buat selama-selamanya. Dan, ia tak akan pernah bertemu lagi dengan kami. Tak akan pernah pulang lagi. Tidak akan bersama-sama lagi. Oh Nurah…Suasana dirumah kami digelayuti duka yang amat dalam. Sunyi mencekam. Lalu pecah oleh tangisan yang mengharu biru. Sanak kerabat dan tetangga berdatangan melawat. Aku tidak bisa membedakan lagi, siapa-siapa yang datang, tidak pula apa yang mereka percakapan. Aku tenggelam dengan diriku sendiri. Ya Allah, bagaimana dengan diriku? Apa yang bakal terjadi pada diriku? Aku tak kuasa lagi, meski sekedar menangis. Aku ingin memberinya penghormatan terakhir. Aku ingin menghantarkan salam terakhir. Aku ingin mencium keningnya. Kini, tak ada sesuatu yang kuingat seai satu hal. Aku ingat firman Allah yang dibacakannya kepadaku menjelang kematiannya. "Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan)". Aku kini benar-benar paham bahwa,"Kepada Tuhanmullah pada hari itu kamu dihalau" "Aku tidak tahu, ternyata malam itu, adalah malam terakhir aku menjumpainya di mushallanya.

Malam ini, aku sendirian di mushalla almarhumah. terbayang kembali saudara kembarku, Nurah yang demikian baik kepadaku. Dialah yang senantiasa menghibur kesedihanku, ikut memahami dn merasakan kegalauanku, saudari yang selalu mendo'akanku agar aku mendapat hidayah Allah, saudari yang senantiasa mengalirkan air mata pada tiap-tiap pertengahan malam, yang selalu menasihatiku tentang mati, hari perhitungan….ya Allah!

Malam ini adalah malam pertama bagi Nurah dikuburnya. Ya Allah, rahmatilah dia, terangilah kuburnya. Ya Allah, ini mushaf Nurah, …ini sajadahnya…dan ini..ini gaun merah muda yang pernah dikatakannya padaku, bakal dijadikan kenangan manis pernikahannya. Aku menangisi hari-hariku yang berlalu dengan sia-sia. Aku menangis terus-menerus, tak bisa berhenti. Aku berdo'a kepada Allah semoga Dia merahmatiku dan menerima taubatku. Aku mendo'akan Nurah agar mendapat keteguhan dan kesenangan di kuburnya, sebagaimana ia begitu sering dan suka mendo'akanku.

Tiba-tiba aku tersentak dengan pikiranku sendiri. "Apa yang terjadi jika yang meninggal adalah aku? Bagaimana kesudahanku?" Aku tak berani mencari jawabannya, ketakutanku memuncak. Aku menangis, menangis lebih keras lagi. Allahu Akbar, Allahu Akbar…Adzan fajar berkumandang. Tetapi, duhai alangkah merdunya suara panggilan itu kali ini. Aku merasakan kedamaian dan ketentraman yang mendalam. Aku jawab ucapan muadzin, lalu segera kuhamparkan lipatan sajadah, selanjutnya aku shalat Shubuh. Aku shalat seperti keadaan orang yang hendak berpisah selama-lamanya. Shalat yang pemah kusaksikan terakhir kali dari saudari kembarku Nurah.Jika tiba waktu pagi, aku tak menunggu waktu sore dan jika tiba waktu sore, aku tidak menunggu waktu pagi.

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...

cinta tak harus memiliki

CINTA TAK HARUS MEMILIKI

BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM
Walaupun sesuatu yg engkau sukai dalam gengamanmu, kadang ia bisa terlepas juga. Seperti orang yg kita cintai seberapa kuat engkau mencintai, kalau memang tidak dijodohkan akan terlepas juga.
Sungguh malu rasanya, dengan Rabb..Sang Pemilik Hati ini.
Sungguh malu rasanya, bagaimana menyembunyikan rasa Dari-NYA.
Sungguh malu rasanya, bagaimana menerima cinta yang belum halal untuk hati ini.
Dan jika memang Cinta itu tak bisa memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam dalam hati biarlah ia berkembang dengan INDAH sesuai kehendak-NYA...
Karena dalam diam tersimpan kekuatan dan harapan ...Hingga mungkin saja ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cinta itu INDAH pada akhirnya.
Bukankah ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA tak akan pernah memutuskan harapan hamba yg berharap pada-Nya??
Jika dia memang bukan milikmu, ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA melalui waktu akan menghapus cinta dalam hatimu, itu dengan memberi rasa yg lebih INDAH dan orang yg tepat ...
Biarkan Cinta itu menjadi memori tersendiri dari sudut hatimu menjadi rahsia antara engkau dengan Sang Pemilik hatimu ...
Cukup cintai ia dalam diam dari kejauhan dengan kesederhanaan dan
keikhlasan karena tiada yg tahu rencana Rabb...mungkin saja rasa ini ujian yg akan melapuk atau membeku dengan perlahan karena hati ini begitu mudah untuk dibolak-balikan...
Serahkankan rasa yg tiada sanggup dijadikan halal itu pada Yang Memberi dan Memilikinya biarkan ia yg mengatur semuanya hingga keindahan itu datang pada waktunya...
Tebarlah cintamu untuknya dan jangan mengharapkan pamrih berupa kebersamaan fisik dengannya.INGATLAH orang yang mencintai karena ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA itu, jika ia tak bisa bersama dan akhirnya harus melihat ia bersama yg lain, kemudian engkau masih bisa tersenyum padanya dan mengucapkan selamat barakallah kepadanya maka pada dasarnnya engkau telah menang dengan rasa cintamu.
Engkau telah mencintainya dengan sepenuh rasa, ikhlas kerana Allah dan itulah cinta sebenar-benarnya cinta karena ...
SEBENAR_BENAR CINTA ADALAH
MANAKALA KITA BAHAGIA MELIHAT
DIA BAHAGIA WALAU KITA TAK BISA
MEMILIKI FISIKNYA DISISI KITA. NAMUN CUKUPLAH CINTANYA TELAH KITA MILIKI DAN KITA BERDO’A SAJA SEMOGA CINTANYA TAK LUNTUR UNTUK KITA.MASIH MAU MENYAMBUNG TALI SILATURAHIM DAN MASIH MAU MENDO’AKAN KITA..insyaAllah..

I LOVE YOU Because ALLAH ...Semoga bisa mengambil HIKMAHnya

# SATU JAM SAJA...#

Pada suatu hari, seorang laki-laki pulang dari bekerja larut malam. Hari itu sangat melelahkan baginya.

Sesampainya dirumah ia mendapati anaknya yang berusia 5 tahun sudah menunggunya di depan pintu rumah.


Anak: “Ayah, boleh dedek bertanya?”

Ayah: “yeah, boleh, ada apa?” jawab sang ayah.

Anak: “Ayah, berapa gaji ayah dalam satu jam?”

Ayah: “Bukan urusan mu.. ngapain kamu nanya-nanya hal begitu??” jawab sang ayah dengan marah.

Anak: ” dedek cuma pengen tahu ayah… tolonglah ayah,
beritahu dedek, berapa penghasilan ayah dalam sejam?” tanya si anak dengan memelas

Ayah: “baiklah, jika kamu emang pengen tahu, gaji ayah mu ini Cuma Rp.30.000 sejam.. puas?” jawab si ayah dengan ketus.

Anak: ” Oh…” ujar si anak sambil menundukkan kepala…

kemudian ia kembali bertanya

Anak: “ayah, boleh nggak dedek minta Rp.15.000?” tanya si anak dengan ragu-ragu..


Begitu mendengar pertanyaan terakhir anaknya, kekesalan sang ayah langsung memuncak….


Pada saat itu juga sang ayah langsung berkata:

“oh.. jadi kamu nanya gaji ayah berapa Cuma mau minta uang untuk beli mainan2 ga penting atau barang2 ga berguna lain ya?

Kalau begitu sekarang kamu cepat masuk ke kamar mu dan TIDUR… kau tau sekarang jam berapa HAH? Mikir dong… ayah kerja keras tiap hari untuk kamu dan mama mu, tapi kamu egois sekali… kelakuanmu sungguh memalukan” .


Dengan wajah sedih dan kepala menunduk si anak segera menuju ke kamarnya tanpa berkata-kata.. terlihat jelas bahwa ia sangat sedih mendengarkan perkataan ayahnya… ia segera masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan perlahan.


Sang ayah lalu duduk di kursi dan tanpa sengaja kembali memikirkan permintaan anaknya barusan ditengah malam buta seperti saat itu. Dalam pikirannya ia sangat kesal dan tak habis pikir kok teganya anak yang disayanginya itu malah menanyakan uang disaat ia baru saja pulang dan capek setelah bekerja keras seharian.


Setelah beberapa jam berlalu, sang ayah mulai tenang, dan ia bisa berpikir sedikit lebih jernih.

Ia kemudian berpikir: “yah, namanya juga anak-anak…atau mungkin saja anak ku memang membutuhkan uang Rp.15.000 itu untuk membeli sesuatu yang sangat penting baginya. Lagi pula, anak ku itu tidak terlalu sering minta uang kok…

ia juga bukan anak yang suka konsumtif.”

Lalu sang ayah segera menuju kekamar anaknya, lalu membuka pintu kamar anaknya itu.


“kamu udah tidur sayang?” tanya sang ayah.

“belum ayah”, jawab anaknya dengan suara agak terbata-bata.

“Ayah udah berpikir, mungkin tadi ayah terlalu keras” kata sang ayah.

“Hari ini sangat melelahkan buat ayah

, ayah minta maaf telah melampiaskan kekesalan ayah padamu. Ini, Rp.15.000 yang kamu minta tadi” kata sang ayah dengan nada lembut.


Si anak seketika itu juga langsung berdiri dan tersenyum.

“OH… terima kasih ayah… ” ujar anaknya dengan riang.
Kemudian, ia merogoh kebawah bantalnya dan mengeluarkan setumpuk uang kertas yang sudah lusuh.

Si anak kemudian mulai menyusun dan merapikan uang yang dimilikinya itu diatas kasur.

Ketika sang ayah melihat ternyata anaknya sudah punay uang dalam jumlah yang cukup banyak, ia kembali marah dan kesal.


“Untuk apa kamu minta uang lagi kalau kamu udah punya uang sebanyak itu?” tanya sang ayah dengan nada tinggi.
“Soalnya sebelum ayah kasih, uangnya nggak cukup ayah…” jawab sang anak.

“Tapi sekarang dedek udah punya uang yang cukup”, kata si anak kemudian.

“Ayah, sekarang aku sudah punya Rp.30.000.. boleh nggak aku membeli waktu ayah satu jam saja…?” tanya anaknya dengan nada sungguh-sungguh dan polos..


“dedek mau makan malam bareng sama ayah dan mama… besok ayah pulang cepat ya…” ujar si anak dengan sungguh-sungguh… matanya menatap polos pada sang ayah yang diam terpaku dihadapannya.


Mendengar perkataan anaknya, sang ayah langsung terenyuh dan menangis.. ia lalu segera merangkul anak yang disayanginya itu sambil menangis dan minta maaf pada sang anak..

“Maafkan ayah sayang…” ujar sang ayah.

“Ayah telah khilaf, selama ini ayah lupa untuk apa ayah bekerja keras…maafkan ayah anakku…” kata sang ayah ditengah suara tangisnya.



Si anak hanya diam membisu dalam dekapan sang ayah…
Cerita ini hanyalah untuk mengingatkan kita semua yang selalu bekerja keras dalam hidup ini.


Janganlah kita membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa kita sempat menikmati waktu yang sangat berharga tersebut bersama orang-orang yang sangat kita sayangi dan sangat berarti dalam hidup kita.


Ingatlah untuk selalu berusaha menyisihkan waktu seharga Rp.30.000 untuk orang-orang yang Anda cintai dan sayangi.


Jika kita meninggal besok, perusahaan tempat kita bekerja dapat dengan mudah mengganti orang yang menempati posisi kita hanya dalam hitungan hari..


Tapi, keluarga dan orang dekat tercinta yang kita tinggalkan akan merasakan kehilangan itu sepanjang hidupnya…


Bila kita memikirkannya, kenapa kita masih saja mencurahkan seluruh hidup kita hanya untuk bekerja???


Semoga menjadi bahan renungan buat kita