Nayla kurniawati adalah seorang penulis novel yang terkenal. Ia
mengalami sebuah peristiwa kecelakaan yang membuat ke-dua tangannya
menjadi lumpuh dan sebagian badannya penuh luka. Sehingga ia harus
menjalani perawatan inap selama beberapa bulan di Rumah Sakit.
*Di kamar Rawat Nayla
Nayla : (Berdiri menatap keluar jendela) “Heuh....”, Desah Nayla seraya
menatap suasana sore dari jendela.
“Kreeeekk....!!!”, (suara pintu terbuka, sehingga membuat Nayla mengalihkan
pandangannya ke arah sumber suara).
Ibu Nayla : (Berjalan ke arah Nayla), “Sayang, kenapa kamu bangun? Ayo
istirahat lagi”, ucap ibu Nayla seraya menuntun Nayla kembali ke
tempat tidurnya.
Nayla : “Mam... apa benar tangan aku ini bisa sembuh??” tanya Nayla
saat sudah berada di tempat tidurnya.
Ibu Nayla : “Iya sayang, tentu bisa. Sabar saja yah? Mama yakin tangan kamu
pasti bisa sembuh”, jawab ibu Nayla seraya membelai rambut
Nayla.
Nayla : “Tapi mam... kapan? Kapan mam...? kalau begini a...aku sudah tidak
sanggup lagi. Tangan aku sudah lumpuh mam...LUMPUH...!! aku sudah
tidak bisa jadi penulis lagi.” Ucap Nayla dengan nada putus asa.
Ibu Nayla : “iya sayang, sabar ya? Berdoa saja semoga kamu bisa cepat sembuh.
Sementara ini kamu jalani terapi saja dulu.” Ucap ibu Nayla dengan
memberikan dukungan.
Nayla : “tapi mam, aku sudah capek... tiap hari aku sudah berusaha jalani
terapi itu, kata dokter tangan aku bisa sembuh kalau aku giat ikut
terapi itu. Tapi mana? Mana mam..?! sampai saat ini tangan aku
masih belum bisa digerakkan sama sekali.”
Ibu Nayla : “sabar sayang...sabar” ucap ibu Nayla seraya memeluknya.
Nayla : (Diam)
Ibu Nayla : “oh, iya kamu sudah makan belum sayang? mau mama belikan
makanan?” tanya Ibu Nayla saat melihat Nayla sudah sedikit tenang.
Nayla : “iya...terserah mama saja” jawab Nayla dengan nada tak semangat.
Ibu Nayla : “ok..ok sayang, tunggu disini yah, mama belikan nasi goreng kesukaan
kamu dulu” ucap Ibu Nayla seraya beranjak pergi dari ruangan itu.
(selang beberapa menit kemudian, seorang suster masuk kekamar Nayla untuk mengecek keadaan Nayla)
Suster : (terseyum kearah Nayla) “selamat sore Nayla? ” sapa suster.
Nayla : “sore juga suster” ucap Nayla.
(lalu suster itu memeriksa kondisi Nayla sore itu)
Nayla : “suster...tolong bantu aku, aku ingin jalan-jalan ketaman yang berada
di belakang rumah sakit ini” ucap Nayla kemudian, saat suster itu
sudah selesai memeriksannya.
lalu suster membantu Nayla untuk bangun dari tempat tidur, dan membantu Nayla duduk di kursi rodanya, kemudian suster mendorong kursi roda Nayla, sampai di taman.
Nayla : “ suster aku mau duduk di kursi panjang itu saja, kursi yang ada gadis
kecil yang sedang menulis disana, sepertinya pemandangannya bagus”
ucap Nayla.
(sesampainya dikursi yang dimaksud)
Nayla : “maaf apa boleh kakak duduk disini?” tanya Nayla pada seorang anak
kecil yang sedang asik dengan pena dan kertasnya.
Zizi : (mendonga) “iya boleh kok kak” jawabnya dengan penuh senyuman,
seraya melanjutkan tulisan.
(Nayla pun dibantu oleh suster untuk berpindah duduk dari kursi roda kebangku itu).
Nayla : “Nama kamu siapa ?” tanya Nayla
Zizi : (menengok kearah Nayla) “Nama saya Zizi Angela kak, kakak bisa
panggil saya dengan Zizi saja”Jawabnya tersenyum seraya melanjutkan
tulisannya.
Nayla : ”oh Zizi. Ok salam kenal ya dek, kalau kakak Nayla Kurniawati bisa ade
panggil dengan Nayla saja”Ucap Nayla
Zizi : (menengok) “iya kak “ucapnya tersenyum, lalu melihat tangan Nayla.
“tangan kakak kenapa? Kok diperban?”tanyanya kemudian.
Nayla : “oh ini, tangan kakak retak, habis tabrakan. Makanya harus
diperban”jawab Nayla tak bersemangat.
Zizi : “oh, yang sabar ya kak, pasti kakak sembuh.”ucapnya memberi
semangat ke Nayla.
Nayla : “iya ade makasih, oh iya ade sendiri dirawat disini sudah berapa
lama?” tanya Nayla.
Zizi : “sudah 1 tahun kak”
Nayla : “wah lama ya, kalau kakak sih baru 1 bulan, emangnya ade sakit apa ?
kok lama banget dirumah sakit ?
Zizi : (menunduk) aku..aku..”ucapnya terbata-bata
Nayla : “haha J ya sudah dek, ade nggak usah paksakan jawab pertanyaan
kakak tadi, tadi kakak Cuma bercanda” ucap Nayla cepat saat melihat
sedikit raut wajah Zizi berubah.
“Zizi, tadi kakak perhatikan kamu hobi nulis yah? Kalau kakak boleh
tau, tadi zizi habis nulis apa? Ucap Nayla kemudian.
Zizi : “ ah ini kak, tadi Zizi Cuma lagi iseng-iseng buat cerbung kak, kakak
mau liat? Tapi cerbung Zizi jelek kak, jangan ketawa yah kak”ucap Zizi
seraya membukakan buku cerbungnya.
Nayla : (membaca dengan teliti) “wahhh...cerbung Zizi bagus kok. Ternyata
kamu pintar juga yah buat cerbung, hebat J ...!!!” puji Nayla.
Zizi : “haha J kakak ada-ada saja, cerbung jelek saja, dibilang bagus”.
Nayla : “nggak...beneran kok Zizi, cerbung kamu bagus kakak suka. Ya emang
sih kata-katanya masih rada di edit-edit sedikit, tapi sudah bagus kok,
apa Zizi mau kakak ajarin cara nulis yang baik?”tanya Nayla
Zizi : “iya kak, aku mau !!!”jawabnya senang seraya mengambil penanya.
(beberapa waktu kemudian)
Zizi : “wah kakak pintar, kakak tau banyak tentang cara-cara menulis yang
baik, makasih yah kak atas ajarannya”ucapnya senang
Nayla : (tersenyum) hemm...iya sama-sama”
Zizi : “kakak belajarnya dari mana? Kok kakak pintar banget?”
Nayla : “ya sebenarnya kakak ini, dulunya penulis novel, tapi...”ucap Nayla
terputus seraya menatap tangannya yang di perban.
Zizi : “tapi??? Tapi kenapa kak???”tanyanya bingung
Nayla : “tapi...gara-gara kakak tabrakan, tangan kakak sekarang sudah tidak
bisa lagi di pakai buat nulis, dan akhirnya kakak harus melupakan
keinginan kakak untuk menjadi seorang penulis novel lagi,
ya...meskipun dokter bilang, masih ada kemungkinan besar kakak bisa
sembuh lagi, tapi sepertinya itu semua hanya impian yang sia-sia saja,
kakak sudah berulang kali mengikuti terapi, tapi sampai saat ini tangan
kakak masih belum bisa bergerak. Ya...mungkin kakak sudah di
takdirkan berhenti jadi seorang penulis novel” ucap Nayla sedih.
Zizi : (seraya bangun dari tempat duduknya) “kok kakak ngomong begitu?
Harusnya kakak jangan patah semangat, selama masih ada peluang,
harusnya kakak berusaha sembuh, lagi pula dokter sendirikan bilang
kakak masih ada kemungkinan sembuh, Zizi saja....” ucapnya terputus
seraya duduk kembali, dan menundukkan kepalanya.
Nayla : “Zizi..??? Zizi kenapa?” tanya Nayla bingung.
Zizi : (mengangkat kepalanya kembali) “nggak...nggak apa-apa, Zizi Cuma
sedih saja, liat kakak yang masih diberi kesempatan oleh ALLAH untuk
hidup panjang, malah harus patah semangat karena dapat cobaan
begini, Zizi mengerti perasaan kakak, tapi Zizi harap kakak nggak patah
semangat, Zizi harap kakak mau berusaha sembuh, Zizi dulu juga
pernah mempunyai keinginan, kalau besar nanti Zizi ingin jadi seorang
penulis kalau seperti kakak, tapi kakak yang seharusnya lebih
beruntung dari zizi harusnya bersyukur dan mau berusaha bangkit”
ucapnya.
Nayla : “iya kakak juga mengharapkan bisa sembuh, tapi buktinya sampai saat
ini, tangan kakak belum ada perubahan, ya seperti Zizi liat tangan
kakak masih saja lumpuh”
Zizi : “Zizi yakin, selama masih ada kemauan pasti kakak bisa sembuh
kok”ucapnya.
(tiba-tiba beberapa menit kemudian seorang suster datang memanggil Zizi)
Suster : “Zizi, sudah waktunya ikut terapi” ucap suster itu dari kejauhan seraya
melambaikan tangan kearah Zizi.
Zizi : “iya,...”jawabnya tersenyum ke suster itu.
(bangun dari duduknya) “kakak Zizi pergi dulu yah”ucap Zizi
berpamitan kepada Nayla.
Nayla : “iya..”
Zizi : “da...da...da kakak” ucapna seraya berjalan meninggalkanku.
Nayla : “Zizi, tunggu” teriakku sebelum Zizi jauh.
Zizi : (menengok ke belakang) “iya, ada apa kak?” teriak Zizi.
Nayla : “kita bisa ketemu lagi kan? Kakak masih ingin mengajarimu banyak hal
lain cara menulis yang baik” jawab Nayla.
Zizi : ”iya kakak bisa, Zizi setiap sore selalu berada disini !!! sudah ya kak,
da...da...da” ucapnya seraya berlari menghampiri suster tadi.
(setelah Zizi sudah menghilang dari pandangan Nayla)
Nayla : “ahhh...mungkin benar kata Zizi, harusnya aku berusaha, selama aku
sudah diberi kesempatan hidup untuk ke dua kalinya...Makasih ya Zizi,
Malaikat kecilku”ucap Nayla seraya meminta suster untuk
membawanya pulang kekamar rawat Nayla).
(saat sudah berada di depan pintu kamar rawat Nayla, Ibu Nayla sudah menunggu dengan muka yang Khawatir).
Ibu Nayla : “Nayla kamu dari mana saja? Mama sudah nyari’in kamu kemana-
mana, tapi kamu nggak ketemu-ketemu, mama kan tadi sudah bilang,
jangan kemana-mana” Tanya Ibu Nayla seraya berjongkok di hadapan
Nayla dan kedua tangannya memengan pundak Nayla.
Nayla : “mam...terapi buat Nayla jadwalnya hari ini kan? Nayla ingin ikut terapi
itu lebih sering lagi, Nayla ingin berusaha sembuh, Nayla ingin percaya
dengan apa yang pernah dokter katakan pada Nayla”ucap Nayla tanpa
membalas pertanyaan ibunya.
Ibu Nayla : (tersenyum) “Beneran Nay..???” ucap Ibu Nayla seraya memelunya.
**********
Sejak saat itulah Nayla jadi selalu berusaha untuk sembuh dari lumpuhnya, dan sejak saat itulah Nayla dan Zizi semakin sering ketemu di taman itu, dan mereka pun semakin dekat, layaknya saudara sendiri, tertawa, bergembira bersama. Dan sejak saat itu juga Nayla selau mengajarkan Zizi banyak hal tentang tata cara menulis yang baik, hingga akhirnya pada suatu hari Nayla sembuh dari lumpuhya dan akhirnya Nayla pun diperbolehkan pulang oleh dokter.
*Ditaman
Ibu Nayla : “Nayla, ngapain kamu masih begong saja sayang ?”tanya Ibu Nayla.
Nayla : “Nayla hanya ingin ketemu Zizi dulu mam...”ucap Nayla.
Ibu Nayla : “sudah, besok atau lusa kamu kan bisa kesini lagi, sebaiknya sekarang
kita pulang dulu. Ayah, kakak, adik, dan keluarga lainnya pasti sudah
menunggu kita dirumah”ucap Ibu Nayla kemudian.
Nayla : “ Zizi, kamu dimana? Kemarin kamu janji mau datang lagi kesini, tapi
kamu dimana?” ucap Nayla dalam Hati.
Ibu Nayla : ”Nayla....”panggil Ibu Nayla memecahkan lamunannya.
Nayla : “ah...iya mam” jawab Nayla seraya berjalan dengan berat Hati
meninggalkan taman itu.
*************
(3 hari kemudian)
Disebuah rumah sakit, seorang wanita dengan baju putih panjang, celana jeans, dengan sebuah buku novel yang banyak di tangan kirinya, sedang berjalan kearah tempat informasi.
Nayla : “suster, pasien yang bernama Zizi Angela, nomor berapa ya sus ?”
tanya Nayla pada seorang suster yang menjaga bagian informasi.
Suster : (membuka buku pasien) “Zizi..??? Zizi Angela, anak yang umur 10
tahun itu ya dek?” tanya suster itu kepada Nayla.
Nayla : (tersenyum) “iya suster benar, Zizi Angela”
Suster : (muka raut sedih) “ah maaf ade, pasien kami yang bernama Zizi Angela,
baru saja kemarin meninggal dunia.” Jawab suster itu.
Nayla : “ahhh..? beneran suster..? coba suster cari lagi, barang kali suster salah
orang” ucap Nayla tak percaya.
Suster : (mencari lagi) “Maaf ade, dirumah sakit ini, yang bernama Zizi Angela
Cuma itu saja”Jawabnya seraya menutup bukunya.
Nayla : “Zizi..Zizi...”ucap Nayla dalam hati seraya berjalan lunglai meninggalkan tempat
informasi tadi.
Suster : “ade...ade...” panggil suster seraya mengejar-ngejar Nayla.
“ini ada surat titipan dari Zizi Angela, ade Nayla kan?”tanya suster itu
seraya memberikan surat itu.
Nayla : (mengganguk seraya mengambil dan membaca surat tersebut),
Dear : Kak.Nayla
“maaf kak Nayla, Zizi tidak bisa memenuhi janji Zizi, Zizi hari ini harus ikut terapi terakhir dari dokter, Zizi harap kak Naylan tidak marah, Zizi harap semoga setelah ikut terapi terakhir ini, Zizi bisa ketemu lagi dengan kak Nayla, tetapi...kalau Zizi sudah kembali kepada yang maha kuasa, Zizi harap suatu saat nanti kita dipertemukan lagi, Zizi sangat berterima kasih buat kak Nayla yang sudah mengajarkan Zizi banyak hal tentang menulis yang baik, meskipun Zizi sendiri tau bahwa Zizi tetap tidak bisa mencapai cita-cita Zizi jadi seorang penulis, karena...karena Zizi mempunyai penyakit kanker otak, dan waktu zizi berada di bumi tinggal beberapa hari saja, tapi Zizi sangat bersyukur karena sebelum Zizi pergi, Zizi diperbolehkan bertemu dengan kak Nayla, makasih ya kak Nayla, bye !!!”
Nayla : “Zizi......’’ ucap Nayla tersedu-sedu seraya memeluk surat Zizi.
***************
(1 bulan kemudian)
Di sebuah gedung, terjadi sebuah peresmian novel seorang penulis terkenal.
Pembawa acara : “ ya, selamat pagi semua”
Penonton : “pagi...”
Pembawa acara : “ ya selamat datang, di peresmian novel terbaru dari karya
penulis terkenal kita, yang mungkin sudah pada kangen, karena akhir-akhir bulan kemarin dia berhenti untuk sementara jadi seoarang penulis karena akibat kecelakan. Tanpa membuang-buang waktu lagi kita langsung panggilakan saja mba Nayla Kurniawati, diharapkan segera naik ke atas panggung,
Nayla : (berjalan ke arah panggung) “ ya makasih buat para hadirin,
yang sudah datang ke peresmian novel terbaru saya. Ya..seperti yang para hadirin liat, ditangan saya sekarang sudah berada novel terbaru saya, yang akan saya keluarkan untuk bulan ini, judulnya “Selamat Tinggal Malaikat Kecilku” novel saya ini sebenarnya saya buat untuk seorang gadis kecil yang sudah menyelamatkan jalan pikiranku, saat dimana saya sudah putus asa, didalam buku saya ini tersimpan banyak pesan moral yang bisa membuat kalian belajar, menghargai sebuah kehidupan. Saya harapkan ketika kalian membaca karya saya ini kalian bisa berusaha dalam hidup kalian, dimana kalian harus bersyukur karena sudah di berikan kesempatan yang mungkin orang lain tidak bisa dapatkan.
*Di kamar Rawat Nayla
Nayla : (Berdiri menatap keluar jendela) “Heuh....”, Desah Nayla seraya
menatap suasana sore dari jendela.
“Kreeeekk....!!!”, (suara pintu terbuka, sehingga membuat Nayla mengalihkan
pandangannya ke arah sumber suara).
Ibu Nayla : (Berjalan ke arah Nayla), “Sayang, kenapa kamu bangun? Ayo
istirahat lagi”, ucap ibu Nayla seraya menuntun Nayla kembali ke
tempat tidurnya.
Nayla : “Mam... apa benar tangan aku ini bisa sembuh??” tanya Nayla
saat sudah berada di tempat tidurnya.
Ibu Nayla : “Iya sayang, tentu bisa. Sabar saja yah? Mama yakin tangan kamu
pasti bisa sembuh”, jawab ibu Nayla seraya membelai rambut
Nayla.
Nayla : “Tapi mam... kapan? Kapan mam...? kalau begini a...aku sudah tidak
sanggup lagi. Tangan aku sudah lumpuh mam...LUMPUH...!! aku sudah
tidak bisa jadi penulis lagi.” Ucap Nayla dengan nada putus asa.
Ibu Nayla : “iya sayang, sabar ya? Berdoa saja semoga kamu bisa cepat sembuh.
Sementara ini kamu jalani terapi saja dulu.” Ucap ibu Nayla dengan
memberikan dukungan.
Nayla : “tapi mam, aku sudah capek... tiap hari aku sudah berusaha jalani
terapi itu, kata dokter tangan aku bisa sembuh kalau aku giat ikut
terapi itu. Tapi mana? Mana mam..?! sampai saat ini tangan aku
masih belum bisa digerakkan sama sekali.”
Ibu Nayla : “sabar sayang...sabar” ucap ibu Nayla seraya memeluknya.
Nayla : (Diam)
Ibu Nayla : “oh, iya kamu sudah makan belum sayang? mau mama belikan
makanan?” tanya Ibu Nayla saat melihat Nayla sudah sedikit tenang.
Nayla : “iya...terserah mama saja” jawab Nayla dengan nada tak semangat.
Ibu Nayla : “ok..ok sayang, tunggu disini yah, mama belikan nasi goreng kesukaan
kamu dulu” ucap Ibu Nayla seraya beranjak pergi dari ruangan itu.
(selang beberapa menit kemudian, seorang suster masuk kekamar Nayla untuk mengecek keadaan Nayla)
Suster : (terseyum kearah Nayla) “selamat sore Nayla? ” sapa suster.
Nayla : “sore juga suster” ucap Nayla.
(lalu suster itu memeriksa kondisi Nayla sore itu)
Nayla : “suster...tolong bantu aku, aku ingin jalan-jalan ketaman yang berada
di belakang rumah sakit ini” ucap Nayla kemudian, saat suster itu
sudah selesai memeriksannya.
lalu suster membantu Nayla untuk bangun dari tempat tidur, dan membantu Nayla duduk di kursi rodanya, kemudian suster mendorong kursi roda Nayla, sampai di taman.
Nayla : “ suster aku mau duduk di kursi panjang itu saja, kursi yang ada gadis
kecil yang sedang menulis disana, sepertinya pemandangannya bagus”
ucap Nayla.
(sesampainya dikursi yang dimaksud)
Nayla : “maaf apa boleh kakak duduk disini?” tanya Nayla pada seorang anak
kecil yang sedang asik dengan pena dan kertasnya.
Zizi : (mendonga) “iya boleh kok kak” jawabnya dengan penuh senyuman,
seraya melanjutkan tulisan.
(Nayla pun dibantu oleh suster untuk berpindah duduk dari kursi roda kebangku itu).
Nayla : “Nama kamu siapa ?” tanya Nayla
Zizi : (menengok kearah Nayla) “Nama saya Zizi Angela kak, kakak bisa
panggil saya dengan Zizi saja”Jawabnya tersenyum seraya melanjutkan
tulisannya.
Nayla : ”oh Zizi. Ok salam kenal ya dek, kalau kakak Nayla Kurniawati bisa ade
panggil dengan Nayla saja”Ucap Nayla
Zizi : (menengok) “iya kak “ucapnya tersenyum, lalu melihat tangan Nayla.
“tangan kakak kenapa? Kok diperban?”tanyanya kemudian.
Nayla : “oh ini, tangan kakak retak, habis tabrakan. Makanya harus
diperban”jawab Nayla tak bersemangat.
Zizi : “oh, yang sabar ya kak, pasti kakak sembuh.”ucapnya memberi
semangat ke Nayla.
Nayla : “iya ade makasih, oh iya ade sendiri dirawat disini sudah berapa
lama?” tanya Nayla.
Zizi : “sudah 1 tahun kak”
Nayla : “wah lama ya, kalau kakak sih baru 1 bulan, emangnya ade sakit apa ?
kok lama banget dirumah sakit ?
Zizi : (menunduk) aku..aku..”ucapnya terbata-bata
Nayla : “haha J ya sudah dek, ade nggak usah paksakan jawab pertanyaan
kakak tadi, tadi kakak Cuma bercanda” ucap Nayla cepat saat melihat
sedikit raut wajah Zizi berubah.
“Zizi, tadi kakak perhatikan kamu hobi nulis yah? Kalau kakak boleh
tau, tadi zizi habis nulis apa? Ucap Nayla kemudian.
Zizi : “ ah ini kak, tadi Zizi Cuma lagi iseng-iseng buat cerbung kak, kakak
mau liat? Tapi cerbung Zizi jelek kak, jangan ketawa yah kak”ucap Zizi
seraya membukakan buku cerbungnya.
Nayla : (membaca dengan teliti) “wahhh...cerbung Zizi bagus kok. Ternyata
kamu pintar juga yah buat cerbung, hebat J ...!!!” puji Nayla.
Zizi : “haha J kakak ada-ada saja, cerbung jelek saja, dibilang bagus”.
Nayla : “nggak...beneran kok Zizi, cerbung kamu bagus kakak suka. Ya emang
sih kata-katanya masih rada di edit-edit sedikit, tapi sudah bagus kok,
apa Zizi mau kakak ajarin cara nulis yang baik?”tanya Nayla
Zizi : “iya kak, aku mau !!!”jawabnya senang seraya mengambil penanya.
(beberapa waktu kemudian)
Zizi : “wah kakak pintar, kakak tau banyak tentang cara-cara menulis yang
baik, makasih yah kak atas ajarannya”ucapnya senang
Nayla : (tersenyum) hemm...iya sama-sama”
Zizi : “kakak belajarnya dari mana? Kok kakak pintar banget?”
Nayla : “ya sebenarnya kakak ini, dulunya penulis novel, tapi...”ucap Nayla
terputus seraya menatap tangannya yang di perban.
Zizi : “tapi??? Tapi kenapa kak???”tanyanya bingung
Nayla : “tapi...gara-gara kakak tabrakan, tangan kakak sekarang sudah tidak
bisa lagi di pakai buat nulis, dan akhirnya kakak harus melupakan
keinginan kakak untuk menjadi seorang penulis novel lagi,
ya...meskipun dokter bilang, masih ada kemungkinan besar kakak bisa
sembuh lagi, tapi sepertinya itu semua hanya impian yang sia-sia saja,
kakak sudah berulang kali mengikuti terapi, tapi sampai saat ini tangan
kakak masih belum bisa bergerak. Ya...mungkin kakak sudah di
takdirkan berhenti jadi seorang penulis novel” ucap Nayla sedih.
Zizi : (seraya bangun dari tempat duduknya) “kok kakak ngomong begitu?
Harusnya kakak jangan patah semangat, selama masih ada peluang,
harusnya kakak berusaha sembuh, lagi pula dokter sendirikan bilang
kakak masih ada kemungkinan sembuh, Zizi saja....” ucapnya terputus
seraya duduk kembali, dan menundukkan kepalanya.
Nayla : “Zizi..??? Zizi kenapa?” tanya Nayla bingung.
Zizi : (mengangkat kepalanya kembali) “nggak...nggak apa-apa, Zizi Cuma
sedih saja, liat kakak yang masih diberi kesempatan oleh ALLAH untuk
hidup panjang, malah harus patah semangat karena dapat cobaan
begini, Zizi mengerti perasaan kakak, tapi Zizi harap kakak nggak patah
semangat, Zizi harap kakak mau berusaha sembuh, Zizi dulu juga
pernah mempunyai keinginan, kalau besar nanti Zizi ingin jadi seorang
penulis kalau seperti kakak, tapi kakak yang seharusnya lebih
beruntung dari zizi harusnya bersyukur dan mau berusaha bangkit”
ucapnya.
Nayla : “iya kakak juga mengharapkan bisa sembuh, tapi buktinya sampai saat
ini, tangan kakak belum ada perubahan, ya seperti Zizi liat tangan
kakak masih saja lumpuh”
Zizi : “Zizi yakin, selama masih ada kemauan pasti kakak bisa sembuh
kok”ucapnya.
(tiba-tiba beberapa menit kemudian seorang suster datang memanggil Zizi)
Suster : “Zizi, sudah waktunya ikut terapi” ucap suster itu dari kejauhan seraya
melambaikan tangan kearah Zizi.
Zizi : “iya,...”jawabnya tersenyum ke suster itu.
(bangun dari duduknya) “kakak Zizi pergi dulu yah”ucap Zizi
berpamitan kepada Nayla.
Nayla : “iya..”
Zizi : “da...da...da kakak” ucapna seraya berjalan meninggalkanku.
Nayla : “Zizi, tunggu” teriakku sebelum Zizi jauh.
Zizi : (menengok ke belakang) “iya, ada apa kak?” teriak Zizi.
Nayla : “kita bisa ketemu lagi kan? Kakak masih ingin mengajarimu banyak hal
lain cara menulis yang baik” jawab Nayla.
Zizi : ”iya kakak bisa, Zizi setiap sore selalu berada disini !!! sudah ya kak,
da...da...da” ucapnya seraya berlari menghampiri suster tadi.
(setelah Zizi sudah menghilang dari pandangan Nayla)
Nayla : “ahhh...mungkin benar kata Zizi, harusnya aku berusaha, selama aku
sudah diberi kesempatan hidup untuk ke dua kalinya...Makasih ya Zizi,
Malaikat kecilku”ucap Nayla seraya meminta suster untuk
membawanya pulang kekamar rawat Nayla).
(saat sudah berada di depan pintu kamar rawat Nayla, Ibu Nayla sudah menunggu dengan muka yang Khawatir).
Ibu Nayla : “Nayla kamu dari mana saja? Mama sudah nyari’in kamu kemana-
mana, tapi kamu nggak ketemu-ketemu, mama kan tadi sudah bilang,
jangan kemana-mana” Tanya Ibu Nayla seraya berjongkok di hadapan
Nayla dan kedua tangannya memengan pundak Nayla.
Nayla : “mam...terapi buat Nayla jadwalnya hari ini kan? Nayla ingin ikut terapi
itu lebih sering lagi, Nayla ingin berusaha sembuh, Nayla ingin percaya
dengan apa yang pernah dokter katakan pada Nayla”ucap Nayla tanpa
membalas pertanyaan ibunya.
Ibu Nayla : (tersenyum) “Beneran Nay..???” ucap Ibu Nayla seraya memelunya.
**********
Sejak saat itulah Nayla jadi selalu berusaha untuk sembuh dari lumpuhnya, dan sejak saat itulah Nayla dan Zizi semakin sering ketemu di taman itu, dan mereka pun semakin dekat, layaknya saudara sendiri, tertawa, bergembira bersama. Dan sejak saat itu juga Nayla selau mengajarkan Zizi banyak hal tentang tata cara menulis yang baik, hingga akhirnya pada suatu hari Nayla sembuh dari lumpuhya dan akhirnya Nayla pun diperbolehkan pulang oleh dokter.
*Ditaman
Ibu Nayla : “Nayla, ngapain kamu masih begong saja sayang ?”tanya Ibu Nayla.
Nayla : “Nayla hanya ingin ketemu Zizi dulu mam...”ucap Nayla.
Ibu Nayla : “sudah, besok atau lusa kamu kan bisa kesini lagi, sebaiknya sekarang
kita pulang dulu. Ayah, kakak, adik, dan keluarga lainnya pasti sudah
menunggu kita dirumah”ucap Ibu Nayla kemudian.
Nayla : “ Zizi, kamu dimana? Kemarin kamu janji mau datang lagi kesini, tapi
kamu dimana?” ucap Nayla dalam Hati.
Ibu Nayla : ”Nayla....”panggil Ibu Nayla memecahkan lamunannya.
Nayla : “ah...iya mam” jawab Nayla seraya berjalan dengan berat Hati
meninggalkan taman itu.
*************
(3 hari kemudian)
Disebuah rumah sakit, seorang wanita dengan baju putih panjang, celana jeans, dengan sebuah buku novel yang banyak di tangan kirinya, sedang berjalan kearah tempat informasi.
Nayla : “suster, pasien yang bernama Zizi Angela, nomor berapa ya sus ?”
tanya Nayla pada seorang suster yang menjaga bagian informasi.
Suster : (membuka buku pasien) “Zizi..??? Zizi Angela, anak yang umur 10
tahun itu ya dek?” tanya suster itu kepada Nayla.
Nayla : (tersenyum) “iya suster benar, Zizi Angela”
Suster : (muka raut sedih) “ah maaf ade, pasien kami yang bernama Zizi Angela,
baru saja kemarin meninggal dunia.” Jawab suster itu.
Nayla : “ahhh..? beneran suster..? coba suster cari lagi, barang kali suster salah
orang” ucap Nayla tak percaya.
Suster : (mencari lagi) “Maaf ade, dirumah sakit ini, yang bernama Zizi Angela
Cuma itu saja”Jawabnya seraya menutup bukunya.
Nayla : “Zizi..Zizi...”ucap Nayla dalam hati seraya berjalan lunglai meninggalkan tempat
informasi tadi.
Suster : “ade...ade...” panggil suster seraya mengejar-ngejar Nayla.
“ini ada surat titipan dari Zizi Angela, ade Nayla kan?”tanya suster itu
seraya memberikan surat itu.
Nayla : (mengganguk seraya mengambil dan membaca surat tersebut),
Dear : Kak.Nayla
“maaf kak Nayla, Zizi tidak bisa memenuhi janji Zizi, Zizi hari ini harus ikut terapi terakhir dari dokter, Zizi harap kak Naylan tidak marah, Zizi harap semoga setelah ikut terapi terakhir ini, Zizi bisa ketemu lagi dengan kak Nayla, tetapi...kalau Zizi sudah kembali kepada yang maha kuasa, Zizi harap suatu saat nanti kita dipertemukan lagi, Zizi sangat berterima kasih buat kak Nayla yang sudah mengajarkan Zizi banyak hal tentang menulis yang baik, meskipun Zizi sendiri tau bahwa Zizi tetap tidak bisa mencapai cita-cita Zizi jadi seorang penulis, karena...karena Zizi mempunyai penyakit kanker otak, dan waktu zizi berada di bumi tinggal beberapa hari saja, tapi Zizi sangat bersyukur karena sebelum Zizi pergi, Zizi diperbolehkan bertemu dengan kak Nayla, makasih ya kak Nayla, bye !!!”
Nayla : “Zizi......’’ ucap Nayla tersedu-sedu seraya memeluk surat Zizi.
***************
(1 bulan kemudian)
Di sebuah gedung, terjadi sebuah peresmian novel seorang penulis terkenal.
Pembawa acara : “ ya, selamat pagi semua”
Penonton : “pagi...”
Pembawa acara : “ ya selamat datang, di peresmian novel terbaru dari karya
penulis terkenal kita, yang mungkin sudah pada kangen, karena akhir-akhir bulan kemarin dia berhenti untuk sementara jadi seoarang penulis karena akibat kecelakan. Tanpa membuang-buang waktu lagi kita langsung panggilakan saja mba Nayla Kurniawati, diharapkan segera naik ke atas panggung,
Nayla : (berjalan ke arah panggung) “ ya makasih buat para hadirin,
yang sudah datang ke peresmian novel terbaru saya. Ya..seperti yang para hadirin liat, ditangan saya sekarang sudah berada novel terbaru saya, yang akan saya keluarkan untuk bulan ini, judulnya “Selamat Tinggal Malaikat Kecilku” novel saya ini sebenarnya saya buat untuk seorang gadis kecil yang sudah menyelamatkan jalan pikiranku, saat dimana saya sudah putus asa, didalam buku saya ini tersimpan banyak pesan moral yang bisa membuat kalian belajar, menghargai sebuah kehidupan. Saya harapkan ketika kalian membaca karya saya ini kalian bisa berusaha dalam hidup kalian, dimana kalian harus bersyukur karena sudah di berikan kesempatan yang mungkin orang lain tidak bisa dapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar