Puisi Karya: M. Ridwan Madjaga
KEMERDEKAAN
Terkenang merdeka kala lalu
Penindasan angkara murka Eropa terbaru
Negeri terbakar kemerdekaan sejati
Dalam lingkar kehidupan kerakyatan
Bila merindu mencari kemerdekaan
Tiba saat kemerdekaan untuk semua rakyat
Satu tanah air, satu bangsa dan satu nusantara (gugusan pulau-pulau)
Kemerdekaan negeri telah mengalir
Dari babakan sejarah panjang
Darah rakyat yang butuh kemakmuran dan keadilan
Kemerdekaan sejati adalah pilar sejati
Sarat makna kehidupan kebangsaan
Sepadan kesetaraan untuk globalisasi
Merah putih landasan makna yang bersandingkan kedamaian
Cita rasa Indonesia merdeka era milenium
Kembali dalam lingkar kehidupan kerakyatan
Darah rakyat terbakar untuk persatuan
Otentik makna asli dan makna unik
Saraf evolusi marhaen adalah nilai kebangkitan
Separuh waktu merangkum budaya
Baku bercangkang api-pun tergenggam
Tumbuh merongrong tradisi baru yang pun menjelma
Cita rasa Indonesia merdeka erat berkait
Mensaji esensi selera memandu ragam rakyat
Tanpa ragu tanpa pergeseran otoritas
Kemerdekaan negeri telah mengalir
Gambar bergumul ragam kepentingan
Pandang makna, pandang nilai, pandang bercipta moral susila merangkum
ragam
Serangkai berjalan mendekati senang
Pandu tajam kesejahteraan membalut kemerdekaan
Perjuangan cita rasa adalah habitat kemerdekaan
Pinus bergaris ruang terekat berjuis dan lagak-lagak kemiskinan
Tampak kayu, atas gunung dan turun tebing
Dari pertapaan kemewahan dan makna
Buka pintu peroleh lapang pembawa selera
Lentur terikat gerak peran negara
Ragam bersandar ruang-ruang dan dermaga
Bijak kemerdekaan dan rujuk kebangsaan
Simpul-simpul merangkai terhibur penyair jalanan
Bila merindu mencari kemerdekaan
tiba saatnya kemerdekaan untuk semua rakyat
satu tanah air, satu bangsa, dan satu nusantara (gugusan pulau-pulau)
I N D O N E S I A
sebentuk gugusan pulau
dan tetap saja tak nyaman hidup ketika perasaan
sebangsa, sesaudara, sepenanggungan
hanya cerita tapi tak kasat mata
apa arti lagu-lagu upacara itu
ketika sehabis dinyanyikan
sekolah sekolah rakyat tergusur
seragam seragam bukan menjadi kebanggaan keilmuan
namun prasyarat dan penghalang keingin tahuan maju
apa arti kesejahteraan terjamin negara
jika ketidakmerataannya menimbulkan
banyak kecemburuan
bersaing antara jumlah mobil mewah
dan rumah gerobak sampah
bersaing antara gedung pencakar lagit
dan penampungan kolong jembatan sarang penyakit
apa arti kewibawaan itu
jika para pencoleng bisa bebas bersekutu
bom – bom berledakan bak kembang api
tak ada perlindungan bagi TKI pejuang devisa kita
juga ketika para juara dunia terlantar
mengais nafkah ketika masa uzurnya tiba
siapa yang masih menangis terharu
ketika merah putih berkibar
siapa yang masih berdegup bangga
ketika merah putih mengangkasa
siapa yang masih berdiri gagah
ketika merah putih memandang dunia
ajari aku
kembali bangga
kembali mencintai negeriku
RASA
Ketika tubuh tak lagi berdiri,
kepada air mata aku sandarkan.
Ketika kata tak lagi berbunyi,
dengan diam aku sampaikan:
"Kapan hidup akan berarti
Jika akal palingkan jiwa
Hanya hati,
membakar nafsu menjadi cinta.
Dalam senyum luka sembunyi,
menghitung duka menghitung nyawa.
Mengubur mimpi,
mengenang engkau yang mati rasa."
Ketika tubuh tak lagi berdiri,
kepada air mata aku sandarkan.
Ketika kata tak lagi berbunyi,
dengan diam aku sampaikan:
"Kapan hidup akan berarti
Jika akal palingkan jiwa
Hanya hati,
membakar nafsu menjadi cinta.
Dalam senyum luka sembunyi,
menghitung duka menghitung nyawa.
Mengubur mimpi,
mengenang engkau yang mati rasa."
Tanah Indonesia
Begitu banyak keindahan
Hutan, gunung, dan lautan
Itulah alam indonesia
Surga di tanah khatulistiwa
Akan tetapi……
Banyak tangan jahil
Yang tak bertanggung jawab
Yang merusak keindahanmu
Hutan, gunung, dan lautan
Janganlah kau hilang
Tetaplah di tanah Indonesia
Menjaga indonesia
Hutan, gunung, dan lautan
Kaulah indonesiaku
Tanah kelahiranku
Tanah tercinta, oh Indonesia
Begitu banyak keindahan
Hutan, gunung, dan lautan
Itulah alam indonesia
Surga di tanah khatulistiwa
Akan tetapi……
Banyak tangan jahil
Yang tak bertanggung jawab
Yang merusak keindahanmu
Hutan, gunung, dan lautan
Janganlah kau hilang
Tetaplah di tanah Indonesia
Menjaga indonesia
Hutan, gunung, dan lautan
Kaulah indonesiaku
Tanah kelahiranku
Tanah tercinta, oh Indonesia
Pahlawan
Oh, pahlawan…
Engakulah yang melindungi bangsa…
Tiada engkau, tiada kebebasan….
Karenamu bangsa bebas dari penjajah ….
Sekarang tiada engkau lagi…
Dan bangsa harus tetap bersatu..
Ku akan merindukanmu selalu.
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu.
Oh, pahlawan…
Engakulah yang melindungi bangsa…
Tiada engkau, tiada kebebasan….
Karenamu bangsa bebas dari penjajah ….
Sekarang tiada engkau lagi…
Dan bangsa harus tetap bersatu..
Ku akan merindukanmu selalu.
Karena namamu tetap harum menyatu di kalbu.
Kemerdekaan Indonesia
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya rayaAku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Aku bisa tertawa
Aku bisa bergaya
Aku bisa berpesta
Aku bisa tamasya
Karena Indonesia telah merdeka
Kemerdekaan yang mahal harganya
yang tak dapat diukur dengan harta
sekalipun segunung, sepulau bahkan sebenua
Kini kewajibanku sebagai anak bangsa
Belajar tekun untuk membangun bangsa
Agar nanti menjadi negara yang kaya rayaAku ingin….
Pahlawan yang telah gugur dahulu
dapat tertawa lega melihat anak cucunya bahagia
Mereka dapat tidur nyenyak di sisi-Nya
Bangunlah Ibu Pertiwiku
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
Kami saksikan suasana luka lara
menerpa Ibu Pertiwi
Kami tak habis pikir
Apa gerangan engkau bersedih
Mengapa keadaanmu begitu mengkhawatirkan
begitu mencemaskan
Kami tahu kami begitu durhaka
Tak pernah berbakti kepadamu
Kerusakan, perpecahan, pertikaian,banyak kami lakukan
Dan hanyalah maaf yang dapat kami pinta
Selagi engkau masih mau menerima
Di hati kami tak ada bisikan selain minta maaf ,
dan menyaksikan engkau bangun
melawan keruntuhan itu
Sepak bola
Begitu senang aku bermain
hingga waktu sampai aku lupakan
Berlari, menyerang, menyerbu lawan
membawa bola lari masuk ke gawang
Oh,
sepak bola siapa gerangan engkau mencipta
Keberadaanmu
membawa angin segar dunia
Semangat
didalammu membawakan kobaran gelora
Oh, sepak bola apa dikata engkau tiada
dunia sepi!, sunyi !, suram !
bak kota mati yang ditinggal pergi
Mentari
Hai mentari pagi
Hari ini kau datang tampak cerah sekali
Engkau datang tiap hari
Untuk sumber energi pribumi
Semua
orang berlari pagi
Untuk
menyehatkan diri
Tanpa
kau, hai mentari
Di
seluruh bumi ini
Akan
mati tiada lagi
Rinduku pada hutan
Oleh : Evelyn R.A
Oleh : Evelyn R.A
Rinduku pada Hutan
Menghirup udaranya
Memandang Rimbunya
Hijau Daunnya
Sepinya
Menghirup udaranya
Memandang Rimbunya
Hijau Daunnya
Sepinya
Rinduku
pada hutan
Menginjak rumputnya
Embunnya
Rinduku pada hutan
Mendengar kicau burungnya
Teriakan sang kera
Auman harimau
Kegesitan kijang
Atau ular yang melata
Rinduku pada hutan
Rindunya kehidupan
Menginjak rumputnya
Embunnya
Rinduku pada hutan
Mendengar kicau burungnya
Teriakan sang kera
Auman harimau
Kegesitan kijang
Atau ular yang melata
Rinduku pada hutan
Rindunya kehidupan
Aku
2
(duniaku)
.
Aku
Mengertikah
kau tentangku
Sejuta
anganku
Segumpal
harapanku
Dan
setangkup rinduku
.
Aku
Dalam
duniaku aku lincah
Dalam
hidupku aku bergolak
.
Kala cemas
aku menanti
Kala resah
aku gelisah
Kala hati
gundah aku bersujud
Hanyalah
tunduk pasrah
Pasrah
dalam tewakal
.
Aku
Ini
jalanku
Ini jiwaku
Ada kala
tegar menghadang
Sesaat
sempat lemah bergoyah
Hampa
.
Matahariku
...
Kemanakah
sinarmu kau sebar
Mengapa
kau tak lagi kudapat
Enggankah
kau menyapa
Ataukah
muak dengan segala jelmaan
.
Matahariku
...
Dimana
kesejukan nuranimu
Aku yang
terhempas
Seakan
mati ...
Seakan
sirna dari peradaban
.
Oh pagi
...
Cakrawalamu
semakin pucat pasi
Menghentikan
gairahku
.
Aku yang
telah jauh
Berjalan
dalam kegelapan
Nista ...
Membawaku
terbang
Hinggap
dalam kemegahan semu
.
Wahai
cakrawala
Tataplah
mataku
Menembus
kedasar sukma
Dengarlah
aku bicara
"Aku
adalah jiwa yang berjalan tanpa nyawa,
Yang telah
mati tersia"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar